Negeri yang sepertiga agraris ini (2/3 nya 'seharusnya' maritim) mendadak kesekian kalinya ricuh akibat lonjakan harga pangan [Maret, 2013].
17/03/13
Bukan Tangis Bombay
Negeri yang sepertiga agraris ini (2/3 nya 'seharusnya' maritim) mendadak kesekian kalinya ricuh akibat lonjakan harga pangan [Maret, 2013].
11/12/12
04/12/12
02/12/12
Sanur Community Market - Early November 2012
Ragam makanan, buah sayuran organik dan produk ramah lingkungan dipamerkan dalam kegiatan pasar organik dwi-mingguan di Sanur, Denpasar. Di sinilah masyarakat dapat menemukan produk-produk pertanian hingga yang sudah olahan terpilih dan tersaji secara higienis. Untuk mengerti secara khusus tiap produk yang dipamerkan ini pun kita dapat bertemu langsung dengan para produsen yang ramah dan rela memberikan produk promosinya secara gratis.
Tim panitia pun sangat kreatif dalam mengemas acara. Suasana riuh ceria tercipta dengan datangnya para pelajar sekolah dasar yang berkontribusi dalam mengapresiasi makanan, buah sayur, dan produk olahan lain yang sebelum dipamerkan telah melalui proses panjang sejak ditumbuhkan para petani lokal. Generasi adik-adik yang imut dan ternyata tak terlalu lugu cukup cerdas menuangkan gagasan mereka mengenai proses bercocok tanam ke dalam gambar yang kemudian mereka diskusikan bersama. Beberapa dari mereka pun cukup berani berkontribusi untuk berpuisi, berpresentasi, dan bernyanyi bersama band lokal Bali "Nosstress".
Pengunjung berdatangan semakin siang semakin ramai. Event kali ini sukses mencuri rasa penasaran pengunjung melalui produk Jamur yang difermentasi menjadi minuman teh yang sangat nikmat. Memang berbeda rasanya dengan seduhan daun teh pada umumnya. Teh jamur ini rasanya lebih mirip dengan brem Bali yang memiliki kandungan alkohol didalamnya. Menurut tante penjaga stand teh jamu tersebut sebelum disajikan terlebihdulu harus difermentasikan selama 3tahun, dan istimewanya pada pameran tersebut dengan ukuran satu gelas 250 liter hanya perlu ditukar dengan lima ribu rupiah. Di sekitar cane teh jamur yang dijual ada pula jamur crispy, loenpia jamur dan beberapa produk jamur lainnya.
Jika anda datang tiba-tiba tanpa membawa dompet tak perlu lah khawatir sebab ada banyak produk gratis yang dapat dicoba seperti jus dari ubi ungu dan minuman coklat hangat. Apabila anda hanya dapat berkunjung pada jam makan siang pun tak perlu bingung soal menu makanan siang sebab berbagai menu olahan vegetarian yang nikmat siap segara untuk kita lahap.
Sudut Perteduhan
Mencoba merekam dalam goresan-goresan tinta 0.3
Dindingnya bilik bambu yang umum dipakakai di desa,
jendelanya potongan kaca kotak-kotak yang tak besar ukurannya,
rangkanya sekedar kayu namun bertata-pola,
ruang-ruang privat berjajar diatas tiang beton
yang dicetak dari potongan bambu sisa
yang tersusun melintang seperti rapi.
Detail demi detail rumah panggung ini bukan menghadirkan kemegahan,
namun menyimpan nilai kecerdasan, santun terhadap alam,
serta kesederhanaan yang meneduhi setiap pengunjung untuk berdiskusi-bercengkrama
di atas teras terbuka di ruang lantai dasar yang kadang dihampiri sepasang angsa
yang setia menunggui rumah itu.
Di atas lereng yang lembahnya dilalui sungai ini
Y.B. Mangun Wijaya meletakkan karya wastunya
bagi sahabatnya yang juga seorang budayawan & cendikiawan,
Arief budiman di Salatiga.
17/03/11
Mengendus Tembakau - Parakan
Sekilas perjalanan di sebuah kota kecamatan tak jauh daru
Temanggung Jawa Tengah bernama Parakan. Kota yang tak terlalu besar, namun
mampu menggugah romantika historia melalui artefak ruang-ruang huninya yang
'separuh' lestari hingga kini. Ruas jalan yang tak lebar, tapi juga tak ramai
dilalui roda bermesin, memberi kesempatan kami berjalan kaki sambil melempar
pandang ke kanan-kiri-depan-belakang tanpa takut tersambar bahaya.
Lazimnya kawasan pecinan yang banyak ditemui pada kota-kota di
Jawa, bangunan di kanan-kiri jalan cenderung enggan menyapa pedestrian
yang sudi melenggang di sepanjang bahu jalan. Begitu tinggi pagar didirikan,
begitu masif menyembunyikan apa gerangan yang ada di baliknya membuat
pikiran-pikiran spekulatif cenderung muncul. Mungkin sebuah ungkapan
taruhan yang klasik dari seorang pemeras “harta atau nyawa ?” dapat memberikan
analogi tentang 2 hal yang menjawab pertanyaan mengapa dibuat demikian selain
sekedar tampilan semata. Ya, artefak memang bisu, namun kehadirannya tetap
menyimpan catatan sejarah dan mampu berbahasa tanpa berkata.
Kembali berjalan kaki, kami temukan hal-hal menarik. Banyak
bangunan yang wujudnya bertransformasi dengan mengalami penambahan baik secara
harmonis maupun ada pula yang sungguh kontras. Kadang kontras, berbeda itu
baik, memberikan pencerahan sekaligus menunjukkan nilai dan karakter yang lain.
Celakanya sikap pragmatis dalam desain membuahkan nilai ‘liyan’ yang mendadak ahistoris,
bahkan cenderung exhibitionist alias ‘caper’.
Demikian bangunan itu bak band musik alay yang naik panggung pagelaran musik
jazz dimana berkesan labil nan kompetitif, menonjol diantara sekekelilingnya
yang anggun namun renta.
Opini latah saya diatas membuat saya jadi berpikir
ulang, “apakah image dan pelestarian keduanya merupakan hal yang signifikan? Atau
mana yang lebih signifikan?
Mencoba menelaah perlahan dalam benak…
Image merupakan
hal abstrak berupa takaran nilai prestigious
(gengsi) yang dihasilkan dari konstruksi cepat hasil terjemahan karakter yang dihitung dari
wujud fisik. Sedangkan pelestarian merupakan proses yang dibangun untuk mempertahankan
nilai fungsi yang integral melalui wujud fisik hingga nilai normatif yang
terarah wajar (sebagaimana mestinya/yang ada pada awalnya).
Jika signifikan
dipandang dalam urgensi waktu, image
boleh dinyatakan tak peduli sebab pencapaian hal yang bersifat prestigious setiap saat dapat berubah
takarannya. Bayangkan mobil dengan cap rusa langsing Taman Safari dulu sudah keren,
sekarang kalau mau keren harus pakai mobil cap kuda jingkrak Italy -- biarpun
dibeli dari celengan negara. Namun berbeda dengan pelestarian yang mengedepankan
nilai keutuhan fungsi yang hanya dicapai berdasarkan referensi kondisi yang
telah ada sebelumnya. Seperti sewajarnya seekor rusa sungguhan yang
berkembang-biak untuk menghasilkan spesies yang lebih baik dari sebelumnya pun
tak akan melahirkan bayi dengan spesies kuda. Mungkin masih wajar bila mobil
cap rusa langsing Taman Safari kini membiak dan berevolusi menjadi mobil cap
rusa montok Taman Safari, asal bukan menjadi spesies lain genetik yang langsung
jingkrak-jingkrak.
Jadi, mana yang lebih signifikan antara pelestarian dibanding
image dalam urusan waktu yah…??
Tunggu! Bukankah ada dimensi lain yang menggelitik
bila ditimbang ulang. Jika image erat kaitannya dengan harga diri dan
pelestarian identik dengan upaya mempertahankan, dalam urusan biaya mana yang menjadi
lebih signifikan? Mengapa begitu langka bangunan cagar budaya kita yang
benar-benar lestari sehingga layak kita banggakan?
Secara logika bila ditakar dengan nilai mata uang seharusnya
urusan harga diri akan berurusan dengan angka berlipat digit ketimbang nilai
tukar untuk suatu kepentingan (dasar) bertahan. Bila demikian urusannya image
tidak lagi sesignifikan pelestarian. Namun mengapa kenyataannya pekerjaan
pelestarian bangunan kerap menjadi berlipat lebih mahal dibanding perombakan
image bangunan sehingga orang lebih memilih membangun image baru daripada melestarikan
yang sudah ada?
Ah, sepertinya perlu sejenak menepi pada bangunan rumah
tua yang atapnya menjorok ke jalan. Sembari mengamati raut fasad rumah yang peil
lantai terasnya lebih tinggi 1 meter dari jalan, sambil mengatur kebingungan.
Perlahan secara naluriah kami asik duduk berjejer di undakan teras. Sepertinya
saya tersadar akan nilai-nilai kearifan yang sederhana seperti atap teras yang
teduh, tektonika balok-balok kayu yang terangkai harmonis, pintu rumah berskala
gigantis yang sekaligus berperan sebagai jendela, warna kusen kayu yang natural
apa adanya, dst… Apa jadinya bila itu semua di make-up berlebih, mungkin justru akan mirip dengan artis sinetron yang menor
dan nilainya menjadi minor. Mungkin inilah
yang saya yakini dimana parameter sewajarnya justru memiliki nilai yang tinggi dibanding
apa yang dibuat-buat berlebih.
Sejenak usai beristirahat kami pun kembali berjalan
kaki memasuki rumah milik seorang biksu Budha yang biasa digunakan juga sebagai
rumah singgah dan pertemuan para biksu. Begitu banyak detail elemen bangunan
yang masih asli dan ada pula yang sudah diganti namun tetap merujuk pada bentuk
aslinya yang estetik. Rumah ini memiliki konfigurasi denah yang unik dimana
tata letak ruangnya di sisi kiri dan kanan saling tercermin. Kesan eksotik juga
muncul tak hanya dari ornamen yang menghiasi setiap elemen rumah ini, namun
pada sisi dinding tertentu ada yang penuh rambati lumut hijau dan ada pula yang
tampak hanya tersusun dari tumpukan adobe.
Perjalanan berikutnya kami pun mengunjungi gudang
pengepul tembakau pada rumah terpilih yang lain. Demikian pekat aroma tembakau
menyelundup masuk dalam hidung kami sehingga ada tim kami pun yang merasa
pusing menghampiri tumpukan tembakau yang mulai dibungkus dengan kulit-kulit
jagung. Ada beragam varian tembakau yang telah disuplai dari pertanian tembakau
di Temanggung. Helaian-helaian tembakau tersebut diproses melalui beberapa
tahap mulai dari penyimpanan, penggodokan, pengeringan, penyeleksian hingga
pengepakan kembali untuk dikirim pada perusahaan–perusahaan rokok.
Sebenarnya kami kembali bertanya nilai prestigious apa yang terkandung dalam
setiap helaian tanaman bernikotin penyebab kanker, gangguan kehamilan dan janin
tersebut? Dan apa yang membuatnya tetap lestari dari masa ke masa?
Jika candu jawabnya, bagaimanakah cara mencandukan
nilai-nilai kearifan cagar budaya kita?
Langganan:
Postingan (Atom)
life dimension
- the .:rum.wines:. company
- distillation space for re-thinking about rural-urban living way.
こうこく ○. Diberdayakan oleh Blogger.