09/09/10

Sumpah!!! orang bilang kau, Sampah ...

Kira-kira seberapa dekat dunia kita dengan timbunan barang rongsokan seperti ini? ___Saya berasumsi bahwa hanya orang 'kepepet' saja yang mau berurusan dengan hal seperti ini... Termasuk saya mengakui bahwa dari sekian kali saya menjumpai barang rongsokan, ini kali pertama saya mencoba mengamati dan mencoba berurusan lebih dekat demi memenuhi tuntutan observasi tugas akhir saya. "Buat apa tugas akhir?!" pertanyaan itu sama berbobotnya dengan "buat apa mengurusi sampah rongsokan tsb?!" 


Mungkin... akan berbeda bila yang saya hadapi adalah rongsokan kapal Titanic atau UFO, karena sudah pasti dengan sendirinya saya akan mendapat kehormatan tersendiri untuk disandingkan dengan para ilmuwan dunia atau separah-parahnya para pejabat negara (kalau-kalau mereka ikut campur urusan harta). Sayang, rongsokan di depan saya adalah kumpulan material limbah pabrik, bekas alat tranportasi distribusi barang dan sisanya adalah area pabrik seluas 3Ha yang telah usang dimakan usia karena telah lama ditinggalkan.


Buat apa?... Buat apa?... menjadi tanya yang menghantui pikiran, harkat, martabat, dan masa depan studi saya. Bayangkan bila berjibun aneka rongsokan tersebut tidak mendapatkan solusi dalam proses penguraiannya... Kemungkinan pertama ,tugas akhir saya gagal, itu berarti predikat saya sebagai kreatif desainer hanya dapat disejajarkan dengan para pemulung yang sekedar memungut barang bekas duntuk dijual dan saya memungut barang bekas pula untuk dijadikan data saja. Kemungkinan kedua adalah yang paling berat dimana orang boleh berkata bahwa baru bermimpi dan berimajinasi saja saya telah gagal... [apa kata insan jagad raya?]


Oke lah, whatever dengan apa kata makhluk semesta... whatever pula dengan tugas akhir saya... Saya coba cari esensi dari semua ini. Dalam sejarah peradaban mana pun, manusia selalu menciptakan produk yang menimbulkan sampah.  Pada saat proses pembuatan produk dihasilkanlah yang namanya sampah sampingan, demikian pula hingga produk tersebut sudah tidak layak pakai dan menjadi onggokan sampah baru. 



Setelah sedikit banyak memperoleh informasi, secara umum kesimpulan solusinya tetap mengacu pada 3R (reduce, reuse, recycle). Istilah 3R tersebut munkin telah terkesan biasa dan sederhana, namun sesungguhnya dalam hierarki pelaksanaannya munkin akan menjadi bermasalah.  


Saya berikan gambaran 3R tersebut seperti rangkaian piramida. Secara berurutan reduce berada pada posisi dasar, reuse posisi tengah dan recycle posisi atas. Mengapa demikian? 


Reduce adalah hal yang paling mungkin dilakukan semua orang untuk dapat menekan jumlah penggunaan sampah, baik industri, rumah tangga, atau perorangan sekalipun. 

Reuse adalah tindakan memanfaatkan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama maupun berbeda fungsi. Untuk fungsi yang sama contoh kasusnya adalah pengisian botol bekas dengan refill kemasan. Bertanyaannya, bagaima nasib kemasan  refill selanjutnya? Alternatif kedua adalah yang disebut dengan adaptive reuse, dimana perlu suatu tindakan kreatif dalam mensiasati fungsi yang akan diterapkan pada sampah yang akan diperbarui. Salah satu tidakan kreatif adalah pembuatan trashion [dari kata trash - fashion] yang memanfaatkan limbah plastik kemasan snack, mie instant dsb untuk diolah menjadi produk fashion seperti tas, payung, jas hujan, dsb. Tindakan reuse mungkin mudah dilakukan, tetapi tentu hanya mungkin dilakukan oleh: 1. orang yang tidak ragu akan efek samping penggunaan ulang barang bekas; 2. orang yang memiliki ide-ide kreatif;   3. industri atau pihak yang memang berniat membuka peluang bisnis.

Recycle merupakan proses daur ulang limbah atau material bekas yang lebih diasumsikan pada perombakan material secara keseluruhan, seperti misalnya plastik, kaca, atau daur ulang kertas yang prosesnya melalui beberapa tahap penghancuran material terlebih dahulu hingga cetak ulang sesuai kebutuhan. Tentu hal semacam ini hanya mungkin dilakukan secara industrial.


Nah, Barang bekas seperti gambar diatas, kira-kira masuk kategori apa ya?  Lalu, yang seperti gambar disamping mau kita apakan ya?     Saya yakin sejak jaman revolusi industri 1760, peradaban manusia telah mengalami suatu lompatan berpikir, transformasi budaya, namun entah apakah demikian pula dalam mengantisipasi dampak krisis ekologi yang berkaitan erat dengan sampah-menyampah...
((secret idea)) bagaimana kalau dalam sebuah kota kita hadirkan
"Green Interactive Centre"



Sumpah...! Bagaimana dengan orang negara kita ini menyikapi rnsokan-ronsokan yang kian berlipat jumlahnya? Sepberapa hebat industri recycle yang ada sekarang? Siapakah yang mau peduli beban lingkunan yang kian menumpuk itu?
Sumpah...! kita sudah bisa bermimpi sampah... berimajinasi sampah...
Tapi saya cuma kuatir bagaimana kita bisa munculkan minat dan antusiasme publik untuk tangani masalah sampah... tetntunya tak perlu pakai kata ... Sumpah! dari mulut mereka...
ah Sampah... Sumpah...!






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

life dimension

Foto saya
distillation space for re-thinking about rural-urban living way.
こうこく ○. Diberdayakan oleh Blogger.